Oleh: Surohman, S.H.
Citrahukum.com, Pengangguran di Kabupaten Pringsewu sudah seperti tamu tetap: datang tiap tahun, duduk di ruang tengah, dan tak pernah diusir. Tahun berganti, program diumumkan, rapat digelar, baliho dipasang—namun pertanyaannya tetap sama: lapangan kerja itu, letaknya di mana ya?
Menurut data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Pringsewu tahun 2023 tercatat 4,66%—turun sedikit dari tahun sebelumnya yang berada di angka 4,77% (BPS Pringsewu). Tapi mari kita jujur: penurunan 0,11% bukanlah prestasi, lebih cocok disebut sebagai kebetulan statistik. Sementara itu, para pencari kerja tetap antre. Di rumah, harapan menggantung. Di jalan, realita menampar.
Dinas Tenaga Kerja: Aktif di Kertas, Pasif di Lapangan?
Di tengah situasi ini, Dinas Tenaga Kerja Pringsewu terlihat... tenang. Mungkin terlalu tenang. Sepi program strategis, minim gebrakan. Job fair? Tak terdengar. Pelatihan? Ada, tapi lebih mirip formalitas. Data ketenagakerjaan? Sulit diakses, seperti rahasia negara.
Jika masyarakat menyebut instansi ini sebagai "dinas yang paling rajin hadir di rapat," tentu kita tidak bisa menyalahkan mereka. Karena di luar itu, jejak aksinya sulit ditemukan.
Generasi Muda: Dihibur oleh Motivasi, Ditinggalkan oleh Kesempatan
Setiap tahun, ratusan pemuda lulusan sekolah dan kampus di Pringsewu dilepas dengan semangat dan puisi perpisahan. Tapi selepas itu? Mereka dihadapkan pada pilihan antara menganggur di kampung sendiri atau jadi buruh di kota orang. Bukan karena mereka tidak ingin berkontribusi untuk daerah, tapi karena daerah tidak memberi tempat untuk mereka berkembang.
Kita kerap mendengar jargon “membangun dari desa.” Sayangnya, yang sering dibangun hanya gapura dan pagar kantor. Pekerjaan nyata masih menjadi mimpi panjang.
Satire Sosial: Kalau Diam Itu Emas, Maka Mungkin Kita Sudah Kaya
Mungkin Dinas Tenaga Kerja Pringsewu sedang menganut prinsip “diam adalah emas.” Sayangnya, masyarakat tidak butuh emas diam. Yang dibutuhkan adalah aksi yang terlihat, terasa, dan berdampak. Jika setiap kritik dianggap sebagai gangguan, bukan sebagai bahan evaluasi, maka jangan heran jika kepercayaan publik terus menipis.
Apakah mereka tidak tahu kondisi di lapangan? Atau mungkin jendela kantor tertutup rapat, sehingga suara dari luar tak terdengar?
Ini Bukan Kebencian, Ini Panggilan Nurani
Tulisan ini bukan serangan pribadi. Ini bukan hujatan. Ini suara publik yang terlalu lama menunggu. Terlalu sering dijanjikan, terlalu jarang dipenuhi. Jika hari ini tidak ada langkah konkret, lalu kapan lagi?
Dinas Tenaga Kerja Pringsewu:
Masyarakat tidak sedang butuh pidato. Kami butuh pekerjaan. Jika Anda masih punya nurani birokrasi, inilah saatnya menunjukkan bahwa Anda benar-benar bekerja untuk rakyat, bukan hanya untuk agenda mingguan.