Citrahukum.com| Internasional – 22 Juni 2025
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah semakin mendekati titik didih. Setelah serangkaian serangan balasan antara Iran dan Israel dalam beberapa bulan terakhir, para analis militer internasional mulai menyuarakan kekhawatiran serius: dunia mungkin sedang menyaksikan percikan awal dari Perang Dunia ke-3.
Berdasarkan data dari Global Conflict Tracker – Council on Foreign Relations (CFR) per Juni 2025, konflik antara Israel dan Iran dikategorikan sebagai “major conflict” dengan eskalasi cepat. Tercatat lebih dari 70 serangan langsung telah terjadi sejak awal tahun, termasuk peluncuran drone Iran ke wilayah Israel dan pemboman fasilitas militer Iran di Suriah oleh jet tempur Israel.
Sementara itu, laporan intelijen dari Institute for the Study of War (ISW) menyebutkan bahwa pasukan elit Iran Quds Force sudah bersiaga penuh, dan Israel telah meningkatkan status siaga nasionalnya menjadi level tinggi sejak 17 Mei 2025.
Jika Amerika Turun Tangan, Rusia Tidak Akan Tinggal Diam
Dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh Reuters dan BBC News, Presiden AS menyatakan bahwa “setiap serangan yang mengancam eksistensi Israel adalah serangan terhadap keamanan dunia”. Sinyal keterlibatan militer AS semakin jelas dengan pengerahan kapal induk USS Gerald R. Ford ke Laut Tengah.
Di sisi lain, Rusia melalui juru bicara Kremlin dalam wawancara dengan TASS mengancam akan bertindak jika Iran diserang secara masif oleh koalisi Barat. Rusia secara terbuka mendukung kedaulatan Iran dan menyatakan bahwa konflik ini berpotensi meluas jika tidak ditangani secara diplomatis.
Efek Domino: Ketahanan Pangan Bisa Runtuh
Laporan resmi FAO dan World Food Programme (WFP) pada Juni 2025 memperingatkan potensi gangguan besar pada rantai pasok pangan global jika konflik ini berubah menjadi perang kawasan. Beberapa data mencolok:
Harga beras dunia naik 12% hanya dalam kurun dua bulan terakhir.
Harga minyak dunia menyentuh $122 per barel (data dari Bloomberg Market).
Impor pangan dari kawasan Timur Tengah dan Laut Hitam anjlok 37% (laporan WFP).
Proyeksi krisis pangan meningkat di 41 negara rentan, termasuk beberapa negara Asia dan Afrika.
Saatnya Aksi Nyata: Mulai dari Pekarangan Rumah
Melihat potensi guncangan global, para pakar pangan dan kebijakan publik menekankan pentingnya ketahanan pangan mandiri.
✅ Tanam cabai, tomat, dan sayuran dari pekarangan
✅ Galakkan urban farming dan kebun komunitas
✅ Warga desa dan kota bisa mulai dari skala kecil
✅ Pemerintah lokal dan kader desa harus aktif fasilitasi bibit dan pelatihan
Direktur Eksekutif Pusat Ketahanan Nasional Indonesia (Pusketsi), Dr. Ratri Anggraeni, menyatakan bahwa “ketahanan pangan rakyat adalah benteng terakhir dalam menghadapi gejolak dunia.”
Penutup: Perang Boleh Global, Tapi Solusi Harus Lokal
Di tengah kecemasan akan potensi Perang Dunia ke-3, satu hal yang bisa dilakukan rakyat sipil adalah menyelamatkan dapur masing-masing. Siapa pun yang bertempur di medan perang, ujung-ujungnya rakyat biasa yang akan menanggung krisis jika pangan langka dan harga meroket.
🌱 Mari mulai tanam hari ini, sebelum kita dipaksa kelaparan esok.
Sumber dan Referensi:
Global Conflict Tracker – Council on Foreign Relations (www.cfr.org)
Institute for the Study of War (www.understandingwar.org)
FAO & World Food Programme Global Report on Food Crises, Juni 2025 (www.fao.org, www.wfp.org)
Reuters, BBC News, dan TASS (pernyataan resmi pemerintah AS dan Rusia)
Bloomberg Market Data – Crude Oil June 2025
Wawancara Dr. Ratri Anggraeni, Direktur PUSKETSI, dalam webinar UI, 18 Juni 2025
#PerangIranIsrael #GeopolitikGlobal #KetahananPangan #TanamSendiri #WaspadaPerangDuniaIII #CitraHukumNews