KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha): Ulama Orisinil Penjaga Warisan Ilmu Salaf di Era Digital

KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha): Ulama Orisinil Penjaga Warisan Ilmu Salaf di Era Digital

Citra hukum
Senin, 23 Juni 2025


Oleh Redaksi Citra Hukum

Rembang, Jawa Tengah –
Di tengah hiruk pikuk zaman yang penuh distraksi, hadir sosok ulama yang tetap teduh, jernih, dan otentik: KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha. Namanya dikenal luas bukan hanya di kalangan santri, tapi juga generasi muda urban yang merindukan ilmu yang sejuk, dalam, dan membumi.

Gus Baha lahir pada tahun 1970-an di Narukan, Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Beliau adalah putra dari KH. Nursalim Al-Hafidz, seorang ulama dan hafidz Al-Qur’an yang disegani. Sejak kecil, Gus Baha dididik langsung oleh ayahnya dan tumbuh dalam lingkungan pesantren yang kental dengan tradisi keilmuan Islam klasik.

Santri Murni, Alim Sejati

Gus Baha menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, di bawah asuhan KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen) seorang ulama kharismatik dan tokoh penting dalam NU. Ia menjadi salah satu santri paling menonjol, bahkan dipercaya Mbah Moen untuk mengajar kitab-kitab besar di usia muda.

Beliau dikenal sangat kuat dalam hafalan dan pemahaman kitab kuning, seperti Tafsir Jalalain, al-Hikam, Ihya Ulumuddin, hingga kitab-kitab Ushul Fiqh dan Nahwu tingkat tinggi. Banyak yang menyebut Gus Baha sebagai ulama ensiklopedis, karena mampu menguraikan ayat dan hadis secara tekstual sekaligus kontekstual.

Ceramah Sederhana, Ilmu yang Dalam

Ceramah-ceramah Gus Baha tersebar luas di YouTube dan media sosial. Gaya beliau sederhana, penuh humor khas santri, namun mengandung kedalaman ilmu dan spiritualitas tinggi. Ia tidak menonjolkan diri, bahkan lebih senang dipanggil santri ketimbang ustadz atau kyai.

Topik ceramahnya sangat luas: mulai dari tafsir Al-Qur’an, hadis, fiqh, tasawuf, hingga isu sosial-politik yang disikapi dengan kearifan. Dalam banyak forum, Gus Baha sering menekankan pentingnya akhlak, kejujuran ilmiah, dan tidak mudah mengklaim kebenaran secara eksklusif.

“Kalau kamu tidak mampu menjadi orang baik, paling tidak jangan membuat orang lain rusak. Itu sudah sangat mulia,” ujar Gus Baha dalam salah satu pengajiannya di Kudus.



Tasawuf dan Hikmah Hidup

Salah satu kekuatan ceramah Gus Baha terletak pada kemampuannya menjelaskan tasawuf dengan logika yang mudah dipahami. Beliau kerap merujuk pada Kitab al-Hikam karya Ibnu ‘Athaillah, dan memadukannya dengan konteks hidup modern.

Menurut Gus Baha, tasawuf bukanlah pelarian dari dunia, tetapi cara menyucikan niat saat menjalani dunia. Zuhud bukan berarti anti-harta, melainkan mampu menundukkan harta di bawah kendali hati.

“Tasawuf itu bukan mengganti dunia dengan sorban, tapi mengganti nafsu dengan keikhlasan,” kata beliau dalam satu kajian.



Ulama Orisinil di Zaman Artifisial

Di era banyak orang mencari panggung dan popularitas, Gus Baha tetap memilih jalur sunyi. Ia tidak aktif di media sosial, tidak menjual dakwahnya dalam bentuk komersial, dan tidak menampilkan diri sebagai tokoh publik yang haus eksistensi. Tapi justru karena itu, magnet keilmuannya makin kuat.

Banyak tokoh nasional hingga ulama internasional mengakui keluasan ilmunya. Bahkan, tak sedikit akademisi dan mahasiswa menjadikan ceramah beliau sebagai rujukan riset ilmiah.

Penutup: Panutan Zaman Modern

Bagi banyak orang, Gus Baha adalah simbol ulama sejati: tidak terjebak politik praktis, tidak fanatik buta, dan tidak menghakimi mereka yang berbeda. Beliau hadir sebagai penyejuk di tengah polarisasi, sebagai penjaga tradisi di tengah arus instan, dan sebagai cermin keikhlasan di tengah maraknya pamrih dalam dakwah.

Gus Baha adalah panutan. Bukan hanya bagi santri dan kyai, tapi bagi siapa saja yang mencari cahaya dalam kabut zaman.

📌 Redaksi: Artikel ini disusun berdasarkan data terbuka, pengajian publik, serta dokumentasi ceramah KH. Ahmad Bahauddin Nursalim yang telah beredar luas.

#GusBaha #UlamaNusantara #KHBAhauddinNursalim #TasawufModern #KitabHikam #SantriIndonesia #CahayaUlama #CeramahGusBaha #PanutanZaman #TokohInspiratif