๐ŸŽ Jaranan: Tarian Magis dari Jawa yang Memikat Dunia(Jaranan: The Trance Dance of Java that Mesmerizes the World)

Header Menu


๐ŸŽ Jaranan: Tarian Magis dari Jawa yang Memikat Dunia(Jaranan: The Trance Dance of Java that Mesmerizes the World)

Citra hukum
Jumat, 11 Juli 2025


Citrahukum.com, PRINGSEWU – Di tengah gempuran modernitas, seni tradisional jaranan atau kuda lumping tetap bertahan sebagai warisan budaya yang hidup dan memikat. Tarian rakyat ini tak sekadar suguhan visual, tapi juga sarat nilai spiritual dan budaya yang membuatnya unik di mata dunia.

Berakar dari tradisi Jawa yang kuat, jaranan menampilkan penari-penari yang menunggangi kuda mainan dari anyaman bambu, bergerak lincah mengikuti irama gamelan. Puncak atraksi biasanya terjadi saat para penari memasuki kondisi trans (kesurupan), lalu menunjukkan kekuatan luar biasa seperti makan beling, berjalan di bara api, atau menari tanpa kesadaran.

Bagi masyarakat, jaranan adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur dan alam gaib. Banyak pertunjukan dimulai dengan doa dan sesajen, mencerminkan keyakinan akan pentingnya keseimbangan antara dunia nyata dan dunia roh. Meski diwarnai unsur mistis, tradisi ini dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan pengawasan oleh pawang atau sesepuh budaya.

Kini, jaranan tak hanya menjadi kebanggaan daerah seperti Ponorogo, Kediri, dan Tulungagung di Jawa Timur. Beberapa kelompok jaranan juga aktif di luar Pulau Jawa, termasuk di Lampung seperti di Kabupaten Pringsewu, menjadikan seni ini semakin dikenal luas dan diminati wisatawan mancanegara.

Dengan narasi budaya yang kuat dan pengalaman pertunjukan yang magis, jaranan berpotensi besar menjadi daya tarik pariwisata kelas dunia menyandingkan keunikan Jawa dengan kekaguman dunia internasional terhadap budaya otentik.

“Jaranan bukan sekadar tontonan ini adalah identitas dan kebanggaan kami sebagai generasi muda Jawa. Kontennya juga makin disukai di luar negeri, banyak followers luar yang kagum dan pengin nonton langsung,” ujar Anja Kesuma, konten kreator jaranan dari Pringsewu.

๐Ÿ” English Version

๐ŸŽ Jaranan: The Trance Dance of Java that Mesmerizes the World

PRINGSEWU – Amidst the wave of modern life, the traditional art of jaranan (also known as kuda lumping) continues to thrive as a living cultural heritage of Indonesia. This captivating folk dance is not just a performance it is a spiritual and cultural expression that sets it apart in the eyes of the world.

Rooted deeply in Javanese tradition, jaranan features dancers riding bamboo-woven hobby horses, moving in rhythm with the hypnotic sound of gamelan music. The highlight often comes when dancers enter a state of trance, showcasing seemingly supernatural feats like eating glass, walking on fire, or dancing in a possessed state.

For local communities, jaranan is a form of ancestral respect and a ritual to maintain harmony between the physical and spiritual realms. Performances are usually preceded by offerings and prayers, reflecting strong spiritual values. Though mystical, the tradition is carried out responsibly under the guidance of spiritual leaders or pawang.

Today, jaranan is not only the pride of East Java regions like Ponorogo, Kediri, and Tulungagung. The tradition has also spread to other parts of Indonesia, including Lampung particularly in Pringsewu where it draws increasing interest from international tourists.

With its rich narrative and mystical experience, jaranan holds great potential as a world-class cultural tourism attraction presenting Java’s authenticity to a global audience seeking meaningful and magical encounters.

“Jaranan is more than a performance — it’s our identity and pride as the young generation of Java. Even international audiences are loving it through our content,” said Anja Kesuma, a jaranan content creator from Pringsewu.

Citra Hukum | Budaya & Tradisi

Redaksi menerima kiriman liputan budaya daerah dan kearifan lokal dari seluruh Indonesia.
๐Ÿ“ง Email: citrahukum3@gmail.com
๐Ÿ“ฑ WhatsApp Redaksi: 0822-8214-6869